Selasa, 26 Juli 2011

Kajian Retorika Perempuan Bercahaya


BAB I
PENDAHULUAN
Karya sastra merupakan gambaran pencerminan dari kehidupan sosial masyarakat. Demi efektivitas pengungkapan, bahasa sastra disiasati, dimanipulasi, dieksploitasi, dan diberdayakann sedemikian rupa melalui stilistika. Oleh karena itu, bahasa karya sastra memiliki kekhasan yang berbeda dengan karya nonsastra (Wellek dan Warren, 1989: 15), yakni penuh ambiguitas dan memiliki kategori-kategori yang tidak beraturan dan tidak rasional, asosiatif, konotatif, serta mengacu pada teks lain atau karya sastra yang diciptakan sebelumnya. Style, 'gaya bahasa' dalam karya sastra merupakan sarana sastra yang turut memberikan kontribusi signifikan dalam memperoleh efek estetik dan penciptaan makna. Style membawa muatan makna tertentu. Setiap diksi yang dipakai dalam karya sastra memiliki tautan emotif, moral, dan ideologis di samping maknanya yang netral (Sudjiman, 1995: 15-16).
Salah satu bentuk karya sastra yang berupa fiksi itu adalah cerpen. Cerpen, sesuai dengan namanya, adalah cerita yang pendek. Jassin dalam Nurgiyantoro (2000:10) mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk. Karena bentuknya yang pendek, cerpen menuntut penceritaan yang serba ringkas, tidak sampai pada detil-detil khusus yang lebih bersifat memperpanjang cerita.
Cerpen merupakan jenis karya sastra yang paling banyak dibaca orang dengan pemahaman yang cukup memadai. Cerpen banyak menggunakan bahasa yang lugas dan mengacu pada makna denotatif sehingga lebih bersifat transparan. Namun adapula cerpen yang tidak transparan, bersifat prismatis dan penuh dengan perlambangan. Menurut Hendy (1989:184) cerpen memiliki beberapa ciri, yaitu: panjang kisahannya lebih singkat daripada novel, alur ceritanya rapat, berfokus pada satu klimaks, memusatkan cerita pada tokoh tertentu, waktu tertentu, dan situasi tertentu, sifat tikaiannya dramatik, yaitu berintikan pada perbenturan yang berlawanan, dan tokoh-tokoh di dalamnya ditampilkan pada suatu latar atau latar belakang melalui lakuan dalam satu situasi.
Kumpulan cerpen Perempuan bercahaya karya Rina Ratih (2011), yang terdiri dari 6 judul, merupakan kumpulan cerpen yang mengangkat persoalan persoalan yang dihadapi oleh kaumnya sehingga cerpen cerpennya berupa sosok perempuan yang subtansial. Dari segi penokohan, cerpen-cerpen Ratih dapat dikelompokan menjadi dua. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan kelompok perempuan pertama adalah perempuan yang menjadi istri pertama,sedangkan dalam kelompok perempuan kedua adalah perempuan yang menjadi istri nomor dua, istri simpanan, ataupun perempuan selingkuhan.
Hampir semua cerpen menghadirkan perempuan kelompok pertama. Hal itu dapat dilihat pada tokoh Ti dalam “Perempuan Bercahaya”, si anonim dalam “Perempuan kedua”, tokoh Mona dalam “Perempuan Pengambil Hati”, tokoh kasih dalam “Perempuan Pemuja ketampanan” , tokoh Lasmi dalam “Malaikat Penjaga Perempuan”, dan tokoh Nurlita dalam “Perempuan itu Bernama Evie”.
Kumpulan cerpen Perempuan Bercahaya karya Rina Ratih perlu diteliti karena setiap susunan perkataan yang terjadi dalam cerpen ini dibungkus dengan gaya bahasa yang dapat menghidupkan kalimat dan cerita sehingga menarik untuk dibaca. Terlihat pada salah satu kutipan berikut: “kurengkuh dayung bersama laki laki yang kucintai sampai kulahirkan empat orang anak yang lucu dan sehat. Panorama tampak indah alun gelombang dimalam hari di bawah cahaya bulan adalah gambaran rumah tanggaku” Kutipan tersebut menunjukkan bahwa terdapat penggunaan majas personifikasi, yaitu benda mati diibaratkan seolah-olah melakukan kegiatan bersifat kemanusiaan. Frasa gelombang di malam hari dianggap seolah-olah hidup dan dapat melakukan suatu kegiatan.Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dikaji lebih mendalam kumpulan cerpen Perempuan Bercahaya karya Rina Ratih yang diterbitkan atas kerjasama antara Masyarakat Poetika Indonesia dengan Pustaka Pelajar, Yogyakarta 2011.

A. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah gaya bahasa paralelisme dan hiperbola dalam cerpen Perempuan Bercahaya karya Rina Ratih?
2. Bagaimanakah bahasa kiasan personifikasi dan metafora, dalam cerpen Perempuan Bercahaya karya Rina Ratih?
B. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi tentang.
1. Gaya bahasa paralelisme dan hiperbola dalam cerpen Perempuan Bercahaya karya Rina Ratih.
2. Bahasa kiasan personifikasi dan metafora dalam cerpen Perempuan Bercahaya karya Rina Ratih.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Memberikan manfaat dalam segi gaya bahsa
2. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat dipelajari lebih dalam untuk kajian atau memperdalam pengetahuandimanfaatkan
3. Bagi pengajar, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai media pembelajaran memahami dan menerapkan gaya bahasa dalam suatu kaliamat atau karya sastra.




BAB II
LANDASAN TEORI

Stilistika adalah ilmu yang mempelajari tentang gaya bahasa. Dalam kamus linguistik, stilistika adalah ilmu yang menyelidiki bahasa yang dipergunaka dalam karya sastra; ilmu interdisipliner antara linguistik dan kesusastraan (Kridalaksana, 2001: 202). Gaya bahasa menurut Slamet Muljono (dalam Pradopo, 2001: 93) adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul dan hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca. Gaya bahasa merupakan cara penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapat efek tertentu. Dalam karya sastra efek ini adalah efek estetik yang akan membuat karya sastra akan memiliki nilai seni. Nilai karya sastra bukan semata-mata disebabkan oleh gaya bahasa, bias juga karena gaya cerita atau penyusunan alurnya. Namun demikian gaya bahasa sangat besar sumbangannya kepada pencapaian nilai seni karya sastra. Stilistika merupakan ilmu yang mempelajari tentang stile. Stile adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu hal yang akan dikemukakan (Abrams lewat Nurgiyantoro, 1994: 276). Stile atau gaya bahasa merupakan cara ekspresi kebahasaan oleh pengarang. Pradopo (1994) menyebutkan bahwa gaya bahasa adalah bagaimana seorang penulis berkata mengenai apapun yang dikatakannya. Dengan kata lain bahasa merupakan penggunaan bahasa atau cara bertutur secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu, baik efek estetis atau efek puitis.
Analisis stilistika merupakan sebuah metode analisis karya sastra. Analisis karya sastra ini bertujuan untuk menggantikan kritik yang sifatnya subjektif dan impresif dengan analisis stile yang sifatnya obyektif dan ilmiah. Untuk memperoleh bukti-bukti konkret stile pada sebuah karya sastra, harus dikaji tanda-tanda yang terdapat dalam sebuah sruktur lahir suatu karya sastra. Kajian stile dilakukan dengan menganalisis unsur-unsur stile dalam karya sastra untuk mengetahui konstruksi masing-masing unsur untuk mencapai efek keindahan (estetis) dan unsur yang dominan dalam karya sastra tersebut.
Abrams dalam Nurgiyantoro (1994: 289) mengemukakan bahwa unsur stile (stylistic feature) terdiri dari unsur fonologi, unsur sintaksis, unsur leksikal, unsur retorikal (rhetorical berupa karakteristik penggunaan bahasa figuratif, pencintraan, dan sebagainya). Suatu cara penggunaan bahasa untuk memperoleh efek estetis adalah unsur retorika. Macam-macam unsur retorika meliputi pemajasan, penyiasan, struktur, pencintaan dan kohesi. Namun dalam makalah ini penulis hanya menganalisis pemajasan saja. Jenis bahasa kiasan dalam bahasa Indonesia ada bermacam-macam menurut Keraf (2006: 115-145). Namun hanya beberapa jenis majas yang sering dipergunakan pengarang dalam karya sastra. Diantaranya majas :
1. Paralelisme adalah majas yang mengulang kata di setiap baris yang sama dalam satu bait
2. Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan dengan membesar-besarkan sesuatu hal (Keraf, 2006 : 135)
3. Personifikasi adalah majas yang menggambarkan atau memperlakukan benda-benda mati seolah-olah memiliki sifat seperti manusia (Keraf, 2006 : 140)
4. Metafora adalah majas perbandingan langsung yang tidak mempergunakan kata pembanding (Keraf, 2006 : 138).
BAB III
PEMBAHASAN
1.a. Paralelisme
Paralelisme merupakan gaya bahasa yang mengulang isi kalimat yang maksud tujuannya serupa. Gaya bahasa paralelisme yang terkandung di dalam kumpulan cerpen Perempuan Bercahaya:

 Perempuan Bercahaya:Ø
1. “Rindu ia menjadi imam di setiap shalatku, rindukan ia melafadzkan ayat ayat suci, rindukan diriku bersimpuh dan mencium tanganny seusai sholat”(hal 2)
2. “Mengapa Mimpi jauh itu melambung? Mengapa suamiku itu begitu jauh kurengkuh untuk bersama sama menjalankan perintah Allah?”(hal 4)
3. “Aku semakin sadar apa yang telah terjadi dan apa yang telah aku lakukan”(hal 7)

 Perempuan Kedua:Ø
1. “Aku tidak merebut, Bu. Aku ikhlas jadi istri kedua! Aku ikhlas Bu. Sungguh! Aku meyakinkan ibu kembali. Ia sangat baik, dan ia sangat mengerti Sri, Bu! Aku terus membela laki laki beristri itu di depan ibu”.(hal 9)
2. “……Korban kebohongan laki laki, korban pelampiasan nafsu laki laki seperti ayahmu dan Mas Tami”.(hal 10)
3. “Ia sangat menghargai Sri, Bu. Ia tidak pernah kasar seperti ayah, Bu. Ia memperlakukan Sri sangat lembut dan penuh perhatian.”(hal 11)
4. “Pernahkah ia memperkenalkan kamu pada teman temannya diluar? Pernahkah ia mengajakmu jalan jalan tanpa sembunyi sembunyi? Pernahkah ia memikirkan hidupmu ketika engkau menjadi tua , seumur ibu?”(hal 10)
5. “Aku tidak ingin habiskan waktu untuk menunggu lagi karena laki laki itu milik orang lain. Aku tidak boleh sia siakan waktu lagi.”Aku tidak perlu memberinya rasa kasiahn lagi karena rasa kasiahan itu hanyalah topeng untuk menjeratku agar tetap menjadi istri simpanan. Aku tidak boleh silau dengan hadiah hadiah seperti itu lagi.(hal 17)

 Perempuan Pengambil HatiØ
1. “Engkau tidak tahu Mas, bagaimana Dimas kecil menggigil sendirian di sudut sekolah, ketika aku telat menjemputnya! Engkau tidak tahu bagaimana dini mogok sekolah karena diejek temannya tanpa ayah! Engkau tidak tahu ketika Dimas sakit dan mengigau menyebut namamu! Engkau sudah pergi Sembilan tahun! Meninggalkanku dan anak anak tanpa alasan. Mungkin engkau bosan hidup miskin, tapi kepergianmu justru membuatku tegar.”(hal 21)
2. “….Belum menjambak rambutnya, belum menampar wajahnya, dan juga belum menendang bokongnya!”(hal 23)
3. “Rasanya terlalu mahal air mataku jatuh untuk perempuan perebut hati ini. Rasanya juga tidak pantas air mata dijatuhkan untuk mengingat laki laki yang tidak setia dan tidak bertanggung jawab.”(hal 24)

 Perempuan Pemuja KetampananØ
1. “…….Kamu tidak akan menangis jika putus cinta kan? Kamu juga pasti tidak akan menangis jika Aris memutuskan hubungannya dengannu, kan? (hal 32)
2. “Aku tidak akan menangis!janji aku tidak akan menangis! Janjiku”(hal 33)

 Malaikat Penjaga PerempuanØ
1. “………..Sebelum tubuhnya tersangkut batu. Sebelum tubuhnya yang penuh luka itu ditemukan sesorang di sungai.”(hal 39)
2. Malaikat telah membantu menghilangkan rasa sakit setelah kau pukuli. Malaikat telah menghilangkan rasa dingin air sungai.”(hal 43)
3. Meskipun suamimu pembunuh?”suaranya seperti erangan. Ya meskipun suaminya pembunuh asalkan istrinya tidak menawarkan sorga bagi laki laki lain.”(hal 43)


 Perempuan itu Bernama EvieØ
1. “Ia tidak lagi tersenyum,tidak lagi menemaniku menikmati teh manis di pagi hari, tidak ada lagi kue lezat buatan tangannya, tidak ada lagi kehangatan di ranjang, dan rumput di halaman dibiarkan tumbuh liar.”(hal 49)
2. “Anak kita sudah lahir. Anak kita? Aku tidak yakin anak itu anakku.”(hal 50)
3. “Haruskah ku ingkari bayi ini bukan dari benihku? Haruskah kupertahankan keraguanku pada perempuan bernama Evie?(hal 53)
4. “Gusti! Maafkan aku!.Gusti mengapa kau ciptakan anak laki laki itu berambut hitam seperti rambutku. Gusti, akulah laki laki yang banyak dosa.(hal 53)

Pada kumpulan cerpen karya Rina Ratih tersebut ditemukan empat gaya bahasa paralelisme. Gaya bahasa ini biasanya digunakan penulis sebagai penekanan makna, bahwa si tokoh benar-benar merasakan pengalaman hal itu lebih dari pengalaman yang lainnya.

.b. .Hiperbola
Hiperbola merupakan gaya bahasa yang melebih-lebihkan suatu hal. Pada kumpulan cerpen Perempuan Bercahaya juga ditemukan beberapa gaya bahasa hiperbola:

 Perempuan BercahayaØ
1. “Kurengkuh dayung bersama laki laki yang kucintai sampai kulahirkan empat orang anak yang lucu dan sehat.”(hal 2)
2. “Panorama tampa indah, alun gelombang di malam hari dibawah cahaya bulan adalah gambaran rumah tanggaku.”(hal 2)
 Perempuan KeduaØ
1. “Aku terdiam beberapa saat mendengar kata kata ibu yang luar biasa cepatnya meluncur bagai bola salju”(hal 11)
2. “Bercinta dengannya bagai meniti pelangi.”(hal 12)
3. “Tinggal aku sendiri, seperti bunga melati di pojok taman.”(hal 13)
 Perempuan Pengambil HatiØ
1. “Segera kuhapus air mata yang masih mengenang itu.”(hal 21)
 Perempuan Pemuja KetampananØ
1. “Aroma keharuman tubuhnya menawarkan kehangatan, memacu jantungku lebih cepat berdetak ketika wajah tampan yang bersih itu hamper menyentuh wajahku.”(hal 26)
2. “Deretan gigi putihnya menebarkan pesona siapapun yang memandangnya.”(hal 26)
3. “Suatu senja ketika langit di tutupi awan hitam. Ia mendekap dan berbisik dibelakang telinga”(hal 27)
4. “Di perjalanan hujan turun bagai tercurah dari langit.”(hal 28)
5. “Suara perempuan setengah baya itu bagai petir menyambar wajahku.”(hal 28)
6. “Hatiku terkesiap, darahku terasa naik ke atas kepala.”(hal 34)
7. “kekasih itu, mencabik cabik jantungku”(hal 34)
 Malaikat Penjaga PerempuanØ
1. “Tatapan matanya menerobos ke kedalaman relung hati.”(hal 38)
2. “Tubuh kekar yang pada malam pengantin dipujanya berubah menjadi sosok rahwana yang siap menerkamnya.”(hal 40)
3. “Kilatan mata syetan yang menyilaukan kebajikan, tiba tiba berkelabat.”(hal 44)
4. “Cinta memang buta, tapi saya tidak ingin lagi dibutakan oleh yang namanya cinta.”(hal 45)
 Perempuan itu Bernama EvieØ
1. “Darahku kemudian terasa hangat mengiringi seluruh pori pori tubuhku.”(hal 53)
2. “Kepolosannya terasa menelanjangi dosaku.”(hal 53)
3. “Keharuan dan perasaan yang membuncah menyudutkan hati yang berdosa.”(hal 53)
4. “Menghisap kerinduan yang kutunggu sepuluh tahun lamanya.”(hal 54)
5. “Kenikmatan yang luar biasa menyergapku.”(hal 53)

2.a. Personifikasi
Personifikasi merupakan bahasa kiasan yang mempersamakan benda mati dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir, dan sebagainya seperti manusia. Bahasa Kiasan Personifikasi dalam kumpulan cerpen Perempuan Bercahaya karya Rina Ratih terdapat pada:
 Perempuan BercahayaØ
1. “Kuelus nisan yang bertuliskan namanya, tergambar segala kebaikan, kesetiaan, kejujurannya, tetapi air mataku tetap menetes penuh penyesalan”(haal 1).
2. “ Alun gelombang di malam hari dibawah cahaya bulan adalah rumah tanggaku.Tetapi selama berlayar di lautan itu, tak jua rinduku pupus. Mas Ripto memancing dengan mengemudikan kapal”(hal 2)
 Perempuan KeduaØ
1. “Pertanyaan pertanyaan ibu menusuk dan menohok jantungku”(hal 11)
2. “Hati melolong kesepian di kegelapan malam sampai matahari menyeruak di ufuk timur.”(hal 13).
 Perempuan Pemuja KetampananØ
1. “Suara perempuan setengah baya itu bagai petir menyambar wajahku.”(hal 28)

 Malaikat Penjaga PerempuanØ
1. “ Air mata yang terurai di wajah anak perempuannya bagai aliran sungai yang dulu menghanyutkan tubuhnya.”(hal 39)
2. “Wajah yang saat melempar tubuhnya ke sungai tampak beringas itu kini pucat, layu, bagai daun daun kering yang kotor.”(hal 42)
3. “Tubuh yang lebam dan perih diseret seperti anjing di tengah malam, melintasi sesaat. Melempar tubuhnya seperti melempar sampah yang berbau busuk, berteriak di pinggir sungai penuh hinaan, kini membentang bagai layar film yang mudah dilihat.”(hal 44)

 Perempuan itu Bernama EvieØ
1. “Gusti, mengapa kau ciptakan anak laki laki ini berambut ikal, hitam seperti rambutku ? Garis hidung dan lekukan bibir seperti milikku? Bayi itu menatapku. Kepolosannya terasa menelanjangi dosaku.”(hal 53)


b.Metafora
Metafora adalah bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak mempergunakan kata-kata pembanding. Bahasa kiasan metafora yang terdapat pada kumpulan cerpen Perempuan Bercahaya antara lain:

 Perempuan BercahayaØ
1. “Kami bentangkan layar dan perahu menuju lautan”.(hal 2)
2. “ Matanya yang cekung menerawang, tangannya yang kurus melambai lemah jika memerlukan sesuatu”(hal 3)
3. “Malam membentang hitam. Aku menghitung biji biji tasbih dalam keheningan stiap malam.”(hal 4)
4. “Isakku bertambah keras, bahu terasa terguncang”(hal 7).


 Perempuan KeduaØ
1. “Urat halus di wajahnya tampak menegang, kebiru biruan”(hal 8)
2. “Air bening mengambang di pelupuk mata lalu perlahan turun ke pipinya yang tirus”
3. “ Mas Tami tidak dating, halaman rumah pun lengang , dan malam jadi terasa begitu panjang. Tidak ada ketokan pintu sampai pagi menjelang”(hal 13)


 Perempuan Pemuja KetampananØ
1. “Ku tangkap basah, ia menatap dan menelusuri wajahku”(hal 26)
2. “Suaranya melengking mengalahkan curah hujan sore.”(hal 28)
3. “Dengan wajah dan hati yang terasa terbakar, aku remas surat itu.”(hal 31)
4. “Langit temaram, mendung menggantung, sesekali terdengar gelegar pertanda akan turun hujan”(hal 34)

 Malaikat Penjaga PerempuanØ
1. “Guratan guratan sedih tergores panjang diwajahnya. Tatapan matanya menerobos ke kedalaman relung hati.”(hal 38)
2. “Air mata anak perempuannya yang membasahi tangannya terasa dingin. Sedingin air sungai yang menghanyutkannya berjam jam sebelum tubuhnya tersangkut batu.”(hal 39)

 Perempuan itu Bernama EvieØ
1. “Matanya berkilat menahan perasaan hatinya”(51)
2. “Menghisap kerinduan yang kutunggu sepuluh tahun lamanya. Kenikmatan yang luar biasa menyergapku.



IV. KESIMPULAN

Gaya bahasa menurut Slamet Muljono (dalam Pradopo, 2001: 93) adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul dan hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca. Gaya bahasa merupakan cara penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapat efek tertentu. Kata sastra cerpen mempunyai nilai estetik yang tinggi yang dituangkan dalam tulisan yang mengandung gaya bahasa atau style. Dalam Kumpulan cerpen Perempuan Bercahaya banyak dijumpai unsur-unsur style dalam penggunaan gaya bahasanya. Gaya bahasa yang digunakan pengarang antara lain; metafora, personifikasi, hiperbola, paralelisme.



DAFTAR PUSTAKA

Ratih, Rina. 2011.Perempuan Bercahaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hendy, Zaidan. 1989. Pelajaran Sastra. Jakarta : Gramedia.
Kridalaksana, Harimurti. 1982. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia.
Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1993. “Stilistika”. Makalah Penataran Sastra di Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Sudjiman, Panuti. 1986. Kamus Istilah Sastra. Jakarta : Gramedia.
______________. 1993. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta : Pustaka Utama Graffiti.
Keraf, Gorys.2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia PPustaka Utama..
Rene Wellek & Austin warren.1989. Teori Kesusastaraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama



Jumat, 22 Juli 2011

PERADABAN BAHASA INDONESIA DI MATA DUNIA

PERADABAN BAHASA INDONESIA DI MATA DUNIA

       Kehidupan manusia dimuka bumi ini tidak pernah lepas dari suatu bahasa, berawal dari ucapan dan tulisan kita semua mengarah dalam satu tujuan yaitu komunikasi. Secara menyeluruh bahasa merupakan aspek terpenting dalam berkomunikasi, tanpa bahasa manusia tidak akan bisa saling berkomunikasi dan bekerjasama. Perkembangan bahasa di Indonesia saat ini sangat pesat, karena banyaknya gaya bahasa yang digunakan oleh para muda mudi khususnya bahasa bahasa yang berkombinasi dengan bahasa asing biasa disebut bahasa gaul. Bahasa itu berkesinambungan dalam aspek ucapan maupun tulisan, hal yang paling pokok dalam memahami bahasa adalah mengerti dan memahami bahasa yang sedang kita gunakan, khususnya bahasa daerah yang telah banyak bercampur baur dengan bahasa Indonesia, jika kita tidak mau tau tentang bahasa itu sendiri maka akan menimbulkan perselisihan.
      Saat ini bahasa Indonesia memiliki banyak kosakata kosakata baru yang muncul akibat kemajuan IPTEK sehingga memberi keuntungan guna memperkaya bahasa Indonesia secara keseluruhan. Keanekaragaman bahasa daerah yang ada di Indonesia menjadikan wadah penelitian untuk mengkaji dan memperkaya bahasa Indonesia yang ada pada saat ini khususnya bidang linguistik. Bahasa Indonesia termasuk dalam rumpun bahasa Melayu ternyata berada pada urutan ke 7 dengan jumlah penutur sekitar 259 juta orang. Hitungan kasar ini didapatkan dari perkiraan jumlah penduduk Indonesia tahun 2009 yang mencapai 230 juta jiwa ditambah penduduk Malaysia 28 juta, penduduk Brunei 388 ribu serta sebagian kecil penduduk Thailand, Singapura dan Timor Timur. Jumlah ini mungkin bisa bertambah karena sejak tahun 2007 Bahasa Indonesia telah ditetapkan sebagai bahasa resmi kedua di Vietnam.
Fakta menarik tentang Bahasa Indonesia
• Bahasa Indonesia menduduki peringkat 3 di Asia dan peringkat ke 26 di dunia dalam hal Tata bahasa terumit di dunia.
• Bahasa Indonesia juga mendunia di dunia maya, buktinya wikipedia berbahasa Indonesia telah menduduki peringkat 26 dari 250 wikipedia berbahasa asing di dunia dan peringkat 3 di Asia setelah bahasa Jepang dan Mandarin, selain itu bahasa Indonesia menjadi bahasa ke 3 yang paling banyak digunakan dalam postingan blog di wordpress (sumber : Wikipedia).
Bukan hal yang mustahil jika suatu saat bahasa Indonesia menjadi bahasa peradaban bagi bangsa di dunia. Bila dikaji dari segi struktur dan pembacaan bahasa Indonesia merupakan bahasa yang sangat mudah dipelajari. Bahkan di negara Australia bahasa Indonesia sudah dijadikan sebagai mata pelajaran tambahan di sekolah dan menempati bahasa populer keempat di Negara tersebut. Kita sebagai bangsa Indonesia sudah sepantasnya bangga karena bahasa kita dipelajari bangsa lain. Tapi masih pantaskah jika rakyat Indonesia sendiri menyepelekan khaidah bahasa Indonesia dengan mencampuradukkan bahasa Indonesia dengan bahasa lain tanpa mengindahkan aturan yang berpedoman kepada bahasa yang baik dan benar?
      Cukup disayangkan, ketika zaman semakin maju dan adanya efek globalisasi, Bahasa Indonesia kini sudah beradaptasi dan bertransformasi menjadi bahasa yang biasa di sebut bahasa gaul. Jika kita bertanya bahasa Indonesia saat ini menjadi bahasa gaul, disebut kemajuan atau kemunduran ya?.entahlah. Ketika dunia mulai melirik tentang bahasa Indonesia, kita sebagai pemilik syah bahasa Indonesia sudah seharusnya menggunakan bahasa Indonesia dengan berpedoman pada khaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar agar tidak ada perselisihan dalam penggunaannya. Semoga bahasa Indonesia yang ada pada saat ini semakin disempurnakan dengan adanya peradaban bahasa Indonesia di mata dunia.








ARTIKEL
PERADABAN BAHASA INDONESIA DI MATA DUNIA
Dosen pengampu : Bapak Mulyono, Spd.


NAMA HASRUL RAHMAN
NIM 09003275
KELAS E
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
Yogyakarta
2011

Kamis, 21 Juli 2011

Permasalahan Dalam Sistem Pengajaran Bahasa Indonesia

Permasalahan Dalam Sistem Pengajaran Bahasa Indonesia

     Perkembangan bahasa di Indonesia saat ini sangat pesat, karena banyaknya gaya bahasa yang digunakan para muda mudi khususnya bahasa bahasa yang berkombinasi dengan bahasa asing biasa disebut bahasa gaul. Bahasa itu berkesinambungan dalam aspek ucapan maupun tulisan, hal yang paling pokok dalam memahami bahasa adalah mengerti dan memahami bahasa yang sedang kita gunakan, khususnya bahasa daerah yang telah banyak bercampur baur dengan bahasa Indonesia, jika kita tidak mau tahu tentang bahasa itu sendiri maka akan menimbulkan perselisihan.
Pengajaran bahasa Indonesia yang ada saat ini telah memicu pada suatu aspek yang bertentangan dengan system yang ada dalam masyarakat khususnya dalam penggunaannya, seperti halnya bahasa bahasa yang digunakan dalam masyarakat telah banyak yang keluar dari kaidah bahasa yang berpedoman pada bahasa yang baik dan benar. Guru memegang peran penting dalam pengajaran atau proses belajar mengajar di kelas. Artinya, pada gurulah tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran di sekolah. Guru sebagai tenaga profesional harus memiliki sejumlah kemampuan mengaplikasikan berbagai teori belajar dalam bidang pengajaran, kemampuan memilih dan menerapkan metode pengajaran yang efektif dan efisien, kemampuan melibatkan siswa berpartisipasi aktif, dan kemampuan membuat suasana belajar yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
         Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan. Permasalahan yang timbul dalam pengajaran menjadi prioritas pendidik karena guru sebagai aktor dalam pembelajaran. Untuk meningkatkan mutu penggunaan bahasa Indonesia, pengajarannya dilakukan sejak dini, yakni mulai dari sekolah dasar yang nantinya digunakan sebagai landasan untuk jenjang yang lebih lanjut. Pembelajaran bahasa Indonesia ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dapat diketahui dari standar kompetensi yang meliputi, membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan (menyimak).

      Guru bahasa Indonesia harus menyadari sungguh-sungguh bahwa keterampilan menggunakan bahasa sebagai alat berkomunikasi akan tercapai bila siswa diberi kesempatan: memahami teori, mempraktikkan teori, serta berlatih menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kita harus tahu jenis kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar terlebih dahulu sebelum melakukan analisis lanjutan. Ada dua jenis kesalahan dalam pengajaran berbahasa yakni, (1) kesalahan terbuka dan (2) kesalahan tertutup. Kesalahan terbuka adalah kesalahan berbahasa pada tingkat ketatabahasaan yang terlihat dalam kalimat-kalimat yang dihasilkan pembelajar. Kesalahan tertutup merupakan kesalahan yang tersembunyi di balik kalimat yang tersusun secara benar menurut tata bahasa; secara benar menurut kaidah ketatabahasaan tetapi tidak benar dari sudut semantiknya. Lebih lanjut dikatakan bahwa kesalahan-kesalahan terjadi karena adanya kesulitan dari pembelajar mempunyai arti yang penting bagi peneliti yaitu mereka dapat bukti tentang cara bahasa itu dipelajari terlebih dapat diketahui strategi atau metode yang tepat untuk pembelajarannya (Soenardji, 1989: 143-144).
Permasalahan dalam pengajaran itu timbul karena adanya perkembangan di bidang IPTEK, misalnya dalam media media elektronik maupun cetak. Kesalahan pengajaran juga bisa saja muncul karena banyaknya metode metode dalam pengajaran sehingga menimbulkan perbedaan antara teori teori bahasa yang berbeda. Pada hakikatnya semua metode pengajaran bahasa terjadi dari penahapan seleksi, semua kembali pada guru sebagai tenaga pendidik. Bagaimana guru mencermati berbagai metode yang ada, dan memahami kriteria kriteria yang di tetapkan.

       Beberapa faktor yang menurut saya menjadi penyebab permasalahan dalam pengajaran Bahasa Indonesia yaitu:
1. Guru sebagai pengajar kurang memahami teori teori yang ada pada saat ini dan kurangnya penelitian tentang kebahasaan dalam pengajaran.
2. Siswa terlalu menganggap remeh mata pelajaran bahasa Indonesia, sehingga menimbulkan sifat acuh tak acuh dalam diri siswa
3. Metode yang digunakan terlalu berbelit belit sehingga siswa sulit memahami secara menyeluruh.


     Saat ini penerapan pengajaran bahasa Indonesia sudah sangat sulit untuk dipahami karena banyaknya metode metode yang digunakan terlalu membingungkan bagi siswa, guru sudah sepantasnya memberikan pengajaran yang praktis dan berpedoman pada metode metode yang efektif untuk meningkatkan kualitas siswa dalam mempelajari bahasa Indonesia secara baik dan benar. Guru sebagai mediator harus mempunyai kredibilitas sebagai pendidik dalam mengatur tingkat kemampuan siswa, dan memberikan pengajaran yang baik dalam memahami masalah masalah bahasa Indonesia yang ada pada limgkungan masyarakat


Tugas Semester
Ekspresi Tulis
ARTIKEL
Permasalahan Dalam Sistem Pengajaran Bahasa Indonesia
Dosen pengampu : Bapak Mulyono, Spd.

NAMA HASRUL RAHMAN
NIM 09003275
KELAS E
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA 2011